AKUNTANSI MULTINASIONAL : TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING
MAKALAH AKUNTANSI
KEUANGAN LANJUTAN
AKUNTANSI
MULTINASIONAL :
TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS
ASING
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 3 :
EKA ARTIANINGSIH ()
NUSIYANTI (301 12 11 078)
RAMSES SIMANJORANG ()
RENI YESTI ()
RINA SANTIKA ()
KELAS
6 AK 3
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
الرَّحِيْمِ
الرَّحْمَنِ اللّهِ بِسْمِ
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarokatuh. Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat ALLAH
Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada tim penyusun sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan ALLAH Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penyusun
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim
Penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
senang hati menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kata tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan juga semoga menjadi wadah tersendiri bagi penyusun dalam
kegiatan pembelajaran.
Pangkalpinang,
27 Februari 2015
TIM PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengertian
Translasi adalah proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari satu
mata uang ke mata uang lain. Pada saat penyusunan laporan keuangan, akuntan harus
mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam
mata uang yang digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di
Inggris memberikan laporan keuangan ke induk perusahann yang dinyatakan dalam
pounsterling, menggunakan sistem akuntansi inggris yang berbeda dengan metode
akuntansi dan pengukuran di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara
umum harus meakukan langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan
konsolidasi anak perusahaan di Inggris tersebut.
1.
Menerima
laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam pounsterling.
2.
Menyajika
kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
3.
Menstranslasikan
laporan keuangan yang di ukur dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam
rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan
menjadi nilai setara rupiah sebagai berikut.
|
|
|
||||||||||
|
|
|||||||||||
4.
Mengondisikan
akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan, yang sudah diukur dalam
Rupiah, dengan akun-akun induk perusahaan.
Alasan translasi
antara lain :
·
Mencatat
transaksi valuta asing
·
Melaporkan
aktivitas cabang internasional & anak perusahaan
·
Melaporkan
hasil operasi independen di luar negeri .
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, tim penyusun
menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah kali ini,
yaitu sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian translasi dan pengukuran kembali ?
2.
Apakah
pengertian mata uang fungsional ?
3.
Bagaimana
penentuan mata uang fungsional di lingkungan dengan tingkat inflasi tinggi ?
4.
Apakah
metode- metode yang berbeda untuk
menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah ?
5.
Bagaimana
Afilasi asing dikategorikan menjadi dua kelompok ?
6.
Bagaimana
translasi laporan keuangan mata uang
fungsional menjadi mata uang pelaporan perusahaan indonesia ?
7.
Bagaimanakah
penyajian laporan keuangan dari
selisih translasi ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini
disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Memahami
pengertian translasi, pengukuran kembali, dan mata uang fungsional.
2.
Mengetahui
penentuan mata uang fungsional di lingkungan dengan tingkat inflasi tinggi.
3.
Mengerti
akan metode- metode yang
berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah.
4.
Menambah
wawasan mengenai afilasi
asing dikategorikan menjadi dua kelompok serta penyajian laporan keuangan dari selisih translasi.
5.
Serta
mengetahui translasi
laporan keuangan mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan perusahaan
indonesia.
1.4 KEGUNAAN MAKALAH
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritismaupun
secara praktis.Secara praktis makalah ini berguna sebagai pengembangan
materi Akuntansi Internasional tentang Translasi Mata Uang Asing secara praktis
makalah ini diharapkan bermamfaat bagi :
1.
Penulis sebagai wahana penambah pengetahuan dan
pemahaman mata kuliah Akuntansi Internasional khususnya tentang Translasi Mata
Uang Asing.
2.
Pembaca atau Mahasiswa,sebagai media informasi
tentang Translasi Mata Uang Asing Mata kuliah Akuntansi Internasional baik
secara teoritis maupun praktis.
1.5 METODE PENGUMPULAN DATA
Metode
pengumpulan data yang digunakan penyusun dalam penyusunan makalah ini adalah
dengan menggunakan metode study kepustakaan dan menggunakan referensi lain
seperti internet dalam pengumpulan materi.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika
penulisan sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini
berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan
penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan agar pembaca dapat
mengikuti dan mengetahui pembahasan penulisan makalah ini
2. BAB II
PEMBAHASAN
Disini disajikan teori yang relevan, lengkap,
mutakhir dan urut sejalan dengan permasalahan. Teori yang dikemukakan berasal
dari sumber-sumber teori dan referensi yang digunakan seperti buku dan sumber internet.
3. BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang garis besar kesimpulan yang
diambil dari inti penulisan dan hasil penulisan berupa informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Metode-metode
yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi berbeda-beda di seluruh dunia.
Kondisi perekonomian suatu negara, masalah hukum, pendidikan dan sistem politik,
perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta berbagai faktor-faktor sosial
ekonomi lainnya merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan standart
akuntansi dan profesi akuntan disuatu negara. Beberapa negara mengembangkan
prinsip akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dari otoritas pajak.
Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
dari pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi. Model di Indonesia berfokus
pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi kredit melalui
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar pelaporan keuangan yang
utama saat ini sedang dalam proses penyusunan oleh Internasional Accounting Standards Board (IASB). Internasional Accounting Standards Board (IASB)
adalah sebuah badan yang memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar
laporan keuangan internasional dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi
standar yang berlaku secara internasional tersebut.
Internasional Accounting Standards Board (IASB)
mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (Internasional
Financial Reporting Standards-IFRSs). IFRS sekarang telah digunakan di
banyak negara, termasuk telah diadopsi oleh negara Uni Eropa dan lainnya.
Beberapa negara lain telah melakukan konvergensi standar akuntansinya pada
IFRS. Sebagai contoh adalah Jepang, dimana Nippon
Keidanren (Federasi Bisnis Jepang)
sebuah organisasi ekonomi yang komprehensif pada bulan Mei 2002.
2.2 PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL
Mata uang fungsional adalah mata
uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya. Ada tiga kemungkinan nilai tukar
yang digunakan dalam mengonversi nilai mata uang asing menjadi rupiah, yaitu :
1.
Nilai tukar sekarang adalah nilai tukar pada akhir
hari tanggal neraca.
2.
Nilai tukar historis adalah nilai tukar yang ada pada
saat transaksi awal terjadi, seperti nilai tukar pada saat aset diterima atau
kewajiban diakui.
3.
Nilai tukar rata-rata adalah nilai tukar rata-rata
selama suatu periode, biasanya merupakan rata-rata sederhana suatu periode
tertentu dan sering digunakan untuk menghitung pendapatan dan beban yang
terjadi.
PSAK No.11 tentang
“Translasi Mata Uang Asing” (PSAK 11) memberikan panduan khusus untuk
mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah.
Mata uang fungsional digunakan untuk membedakan antara dua jenis kegiatan
operasional luar negeri, yaitu :
-
Kegiatan
yang dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas
asing itu beroperasi.
-
Kegiatan
yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induk perusahaan.
Indikator-indikator
Mata Uang fungsional :
Indikator
|
Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi
indikator di bawah ini
|
Arus kas
|
Arus kas
yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didomonasi oleh mata uang
tersebut.
|
Harga jual
|
Harga jual
dalam jangka pendek sangat terpengaru dengan perubahan nilai mata uang
tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar di ekspor.
|
Beban
|
Beban
dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang.
|
Akan tetapi,
beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda dengan
mata uang lokalnya. DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional
setelah mempertimbangkan tujuan dari proses translasi berikut.
1.
Memberikan
informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan dari
perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
2.
Mencerminkan
laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara masing-masing
entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip
akutansi yang berlaku secara umum di Indonesia.
Pendekatan
mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh
transaksinya kedalam mata uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan
keuangan konsolodasi.
2.2.1 Penentuan Mata Uang Fungsional Di Lingkungan
dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika
entitas asing berlokasi di negara seperti Argentina dan Peru yang mengalami
inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang sangat tinggi didevinisikan sebagai
inflasi yang melbihi 100% selama periode 3 tahun. PSAK memutuskan bahwa volativitas
dalam mata uang asing dengan hiperinflasi
mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata
uang fungsional entitas asing. Oleh karna itu, dalam kasus operasi entitas
asing yang berada dalam perekonomian dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi,
mata uang pelaporan dari induk perusahaan Indonesia-rupiah-harus digunakan
sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai
aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan
presedur translasi yang normal digunakan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa anak
perusahaan di luar negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso pada
saat nilai tukar adalah Rp500 = 1 peso. Jadi 1.000.000 peso = Rp 500.000.000.
Kemudian diasumsikan bahwa karna adanya hiperinflasi dinegara anak perusahaan
luar negeri tersebut, maka nilai tukar menjadi Rp0,05 = 1 peso. Nilai gedung
hasil translasi pada saat dibangun dan setelah hiperinflasi adalah sebagai
berikut.
Jumlah
|
Tanggal Pembangunan
|
Setelah Hiperinflasi
|
||||
(peso)
|
Nilai
Tukar
|
Jumlah
hasil Translasi
|
Nilai
Tukar
|
Jumlah
Hasil Traslasi
|
||
1.000.000
|
Rp500
|
Rp500.000.000
|
Rp0,05
|
Rp50.000
|
||
Nilai
translasi setelah hiperinflasi tidak
mencerminkan nilai pasar atau biaya perolehan historis dari gedung tersebut.
Oleh karna itu, PSAK mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata uang
fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan
keuangan. Hiperinflasi dalam ilmu
ekonomi, adalah inflasi yang tidak terkendali, kondisi
ketika harga-harga naik begitu cepat dan nilai uang menurun drastis. Secara formal, hiperinflasi terjadi jika tingkat
inflasi lebih dari 50% dalam satu bulan. Negara-negara dengan hiperinflasi tertinggi yang pertama
adalah Hongaria dan kedua adalah Zimbabwe.
2.3 TRANSLASI
VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING
Terdapat dua metode yang berbeda
untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah yaitu;
1.
Tranlasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah.
2.
Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing kemata uang fungsional
entitas tersebut.
Setelah
penguuran kembali, keuangan tersebut harus ditranslasikan jika mata uang
fungsionalnya bukan rupiah. Jika mata
uang fungsionalnya adalah rupiah maka tidak diperlukan translasi lagi.
Translasi
adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah
mata uang fungsional entitas asing. Ini merupakam kasus normal dimana, sebagai
contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan euro ke rupiah. Setiap
selisih translasi yang terjadi akan dimasukan sebagai komponen laba komprensif.
Oleh karena pendapatan dan beban diasumsikan terjadi secara beragam sepanjang
periode, pendapatan dan beban yang ada dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan
mengguakan nilai tukar rata-rata sepanjang periode pelaporan. Metode translasi
sering disebut sebagai metode nilai
tukar sekarang (current rate methods).
Pengukuran
kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata
uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing. Metode
yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal
kepada mata uang fungsionalnya disebut metode
temporal (temporal methods).
Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang digunakan untuk
mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya. Tabel
berikutmenyajikan metode-metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia
untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata uang pembukaan dan
Pencatatan afiliasi luar negri
|
Mata uang fungsional
|
Metode penyataan kembali
|
Mata uang
lokal (yaitu mata uang negara tempat afiliasi berlokasi) mata uang lokal
|
Mata uang
lokal
Rupiah
indonesia (seperti yang diharuskan dalam perekonomian hiperinflasi)
|
Translasi
ke rupiah menggunakan nilai tukar sekarang.
Diukur
kembali dari mata uang lokal kerupiah
Pertama, diukur kembali dari mata uang lokal
kemata uang fungsional, kemudian di translasikan dari mata uang fungsional ke
rupiah.
Tidak
diperlukan pernyataan kembali; suadah dinyatakan dalam rupiah
|
Mata uang
lokal
|
Mata uang
negara ketiga (bukan matauang lokal atau rupiah
|
|
Rupiah
indonesia
|
Rupiah
indonesia
|
Alasan
konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut –translasi dan pengukuran
kembali- berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses translasi,
yaitu : untuk memberikan informasi yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan
dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan Indonesia.
Afilasi asing dikategorikan menjadi dua kelompok :
1.
Afilasi
yang relatif merupakan entitas yang berdiri sendiri yang menghasilkan dan
membelanjakan dalam unit mata uang lokal.
2.
Afilasi
yang terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan
Indonesia.
2.4
TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL
MENJADI MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Sebagian besar entitas bisnis
melakukan transaksi dan mencatat aktivitas bisnisnya dalam mata uang lokal.
Oleh karna itu, mata uang lokal dari entitas asing adalah mata uang
fungsionalnya. Translasi laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah
merupakan proses yang relatif sederhana.
DSAK menyakini bahwa hubungan
ekonomi yang mendasari disajikanya laporan keuangan entitas asing tidak boleh
terdistorsi atau berubah selama proses translasi dari mata uang fungsional
entitas asing menjadi mata uang asing induk perusahaan. Sebagai contoh, jika
laporan keuangan mata uang fngsional melaporkan rasio lancar 2:1 dan laba kotor
60% dari penjualan, maka hubungan ini harus tetap dalam proses translasi
menjadi mata uang pelaporan induk perusahaan Indonesia. Merupakan hal yang
penting untuk dapat mengevaluasi kinerja dari manajemen afiliasi asing dengan
menggunakn ukuran ekonomi yang sama dengan yang digunakan dalam operasi entitas
asing. Untuk memepertahankan hubungan ekonomi tersebut dalam laporan keuangan
mata uang fungsional, saldo akun harus ditranslasikan dengan nilai tukar yang
sebanding.
Translasi dilakukan dengan
menggunakan nilai tukar sekarang untuk semua aset dan kewajiban. Nilai tukar
ini merupakan spot rate pada tanggal
neraca. Akun ekuitas pemegang saham, selain saldo laba, ditranslasikan
menggunakan nilai tukar historis.
Nilai tukar historis yang digunakan adalah nilai tukar yang terakhir diantara
tanggal induk perusahaan mengakuisisi investasi pada entitas asing atau tanggal
anak perusahaan melakukan transaksi ekuitas pemegang saham. Secara ringkas,
translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional kemata uang
pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut;
Akun laporan laba rugi:
Pendapatan dan beban
|
Umumnya,
nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan
|
Akan neraca:
Aset dan kewajban
Ekuitas pemegang saham
|
Nilai
tukar sekarang pada tanggal neraca
Nilai
tukar historis
|
Oleh karena
untuk translasi masing-masing akun entitas asing digunakan kurs yang
berbeda-beda, maka umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan setelah
translasi tidak sama. Pos penyeimbang debit percobaan translasi dengan
kreditnya disebut selisih translasi.
2.4.1 Penyajian
Laporan Keuangan dari selisih Translasi.
Selisih transasi dari proses
translasi adalah bagian dari pendapatan komprehensif untuk periode tersebut.
Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama tahun
berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan pembagian ke
pemilik. Pendapatan komprehensif
termasuk laba bersih dan “pendapat
komperensif lainnya” yang merupakan bagian dari perubahan aset bersih
perusahaan dari sumber selain pemilik (yaitu bukan investasi modal tambahan dan
deviden) selama periode berjalan. PSAK mengharuskan pelaporan pendapatan
komperensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang
menjadi bagian dari pendapatan komperensif lainnya adalah perubahan selisih
translasi selama periode berjalan, keuntungan atau kerugian belum direalisasi
dari efek tersedia untuk dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan
penyesuaian dalam kewajibana pensiun minimum.
Terdapat beberapa alternatif format
penyajian untuk pendapatan komprehensif. Laporan tunggal, pendekatan laporan
gabungan, pertama menyajikan pos-pos dalam laporan laba rugi dan kemudian
mempunyai bagian yang menyajikan pos pendapatan komprenhesif lainya. Sebagai
alternatif, yaitu penyajian dua laporan, pertama menyajikan perhitungan laba
bersih dalam satu laporan dan kemudian laporan terkait yang dimulai dengan laba
bersih dan merekonsiliasi menjadi pendapatan komprehensif dengan melaporkan pos
pendapatan komprehensif secara terpisah. Alternatif ketiga, yang sering digunakan
oleh banyak perusahaan, adalah hanya menyajikan pos yang merupakan bagian dari
pendapatan komprehensif lainnya dalam skedul akumulasi pendapatan komprehensif
lainnya dalam laporan perubahan ekuitas konsolidasi. Suatu entitas dapat
menyajikan komponen dari pos pendapatan komprehensif lainnya bersih dari pajak
atau dapat menyajikan pengaruh agregat pajak terkait dengan total pendapatan
komprehensif lainnya dalam suatu angka.
2.4.2 Kepemilikan
Minoritas pada Anak Perusahaan Luar Negeri
Sebagian besar perusahan di
Indonesia suka memiliki 100% anak perusahaan luar negerinya. Dengan demikian
akan memungkinkan manajemen yang lebih efesien atas anak perusahaan dan tidak
ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan anak perusahaan untuk kepemilikan
minoritas. Akan tetapi, jika anak perusahaan luar negeri tidak dimiliki
sepenuhnya, maka kepemilikan minoritas harus dihitung dan diperlakukan
sebagaimana yang sudah dilelaskan sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah
alokasi selisih translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak
perusahaan luar negeri. Oleh karna itu, sebagai contoh, jika PT. Induk memiliki
80% kepemilikan di German Cempanydan investor lain memiliki kepemilikan
minaritos 20%, maka kepemilikan akan mendapat alokasi sebesar presentase
kepemilikan dari selisih translasi melalui proses ayat jurnal eliminasi. Kepemilikan
minoritas di neraca konsolidasi akhir tahun akan termasuk bagiannya atas
akumulasi pendapatan komprehensif lainnya dari selisih sebagai berikut.
Saham
biasa (Rp640.000.000 x 0,2)
|
Rp128.000.000
|
|
Saldo
laba:
|
||
Saldo laba awal (Rp160.000.000 x o,2)
|
Rp32.000.000
|
|
Ditambah: laba bersih (Rp212.500.000 x
0,2)
|
42..500.000
|
|
Dikurangi: deviden (Rp110.000.000 x
0,20)
|
(22.000.000)
|
|
Total saldo laba
|
52.500.000
|
|
Akaumulasi
pendapatan komprehensif lainya-selisih translasi (Rp110.000.000 x 0,20)
|
22.000.000
|
|
Total
kepemilikan minoritas
|
202.500.000
|
BAB
III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Translasi adalah
proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke
mata uang lain. Metode-metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi
berbeda-beda di seluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu negara, masalah
hukum, pendidikan dan sistem politik, perkembangan teknologi, budaya dan
tradisi, serta berbagai faktor-faktor sosial ekonomi lainnya merupakan faktor
yang mempengaruhi perkembangan standart akuntansi dan profesi akuntan disuatu
negara. Mata uang
fungsional adalah mata uang utama yanga
digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam
menghasilkan atau menggunakan kasnya. Pengukuran
kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang
lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing. Metode yang
digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal kepada
mata uang fungsionalnya disebut metode
temporal (temporal methods).
Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang digunakan untuk
mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya.
Selisih transasi dari proses
translasi adalah bagian dari pendapatan komprehensif untuk periode tersebut.
Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama tahun
berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan pembagian ke
pemilik. Terdapat beberapa alternatif format penyajian untuk pendapatan
komprehensif. Laporan tunggal, pendekatan laporan gabungan, pertama menyajikan
pos-pos dalam laporan laba rugi dan kemudian mempunyai bagian yang menyajikan
pos pendapatan komprenhesif lainya. Sebagai alternatif, yaitu penyajian dua
laporan, pertama menyajikan perhitungan laba bersih dalam satu laporan dan
kemudian laporan terkait yang dimulai dengan laba bersih dan merekonsiliasi menjadi
pendapatan komprehensif dengan melaporkan pos pendapatan komprehensif secara
terpisah.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar